Fibroblas biasanya akan tampak pada sekeliling luka (Suriadi, 2004). Proliferasi dan migrasi fibroblas memegang peranan penting dalam pembentukan jaringan granulasi dan penutupan luka (Kanazawa et al., 2010). Fibroblas biasanya tersebar sepanjang berkas serat kolagen dan tampak sebagai sel gelondong dengan ujung meruncing (Argamula, 2008). Fibroblas (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Setelah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi yang berperan dalam rekontruksi jaringan baru (Shukla et al., 1998).
Jumlah fibroblas dan kerapatan kolagen merupakan parameter penting untuk mengetahui proses penyembuhan luka. Jumlah fibroblas dan kerapatan kolagen yang tinggi mengindikasikan adanya proses perbaikan jaringan dan penutupan luka. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis jumlah fibroblas dan kerapatan kolagen pada kulit setelah 14 hari perlakuan. Berdasarkan hasil rerata, jumlah fibroblas kelompok perlakuan P2 dan P3 lebih banyak dibandingkan dengan kelompok K- dan KN. Kelompok P3 merupakan kelompok perlakuan dengan jumlah sel fibroblas terbanyak dibandingkan kelompok perlakuan lainnya.
Jumlah fibroblas yang tinggi sebanding dengan tingginya kerapatan kolagen. Hal ini ditunjukkan pada penelitian ini bahwa hasil rerata persentase kerapatan kolagen seluruh kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan kelompok K-. Hal ini mengindikasikan kombinasi ekstrak lumut hati dan kolagen dari tulang ikan nila memiliki pengaruh terhadap persentase kerapatan kolagen, sedangkan pada kelompok KN memiliki persentase kerapatan kolagen lebih tinggi dibandingkan kelompok perlakuan P1, P3, P4. Hal ini dikarenakan pada tikus yang tidak diinduksi aloksan tidak mengalami ulkus diabetik sehingga pembentukan kolagen lebih cepat sedangkan tikus yang diinduksi aloksan mengalami ulkus diabetik sehingga mengurangi kerapatan kolagen karena pembentukan fibril kolagen yang terhambat (Gunasekaran, 2024).
Lumut hati (Marchantia sp.) berpotensi sebagai antioksidan alami. Antioksidan dan komponen polifenol dapat menangkap radikal bebas yang mengurangi stres oksidatif. Senyawa fitokimia ternyata mampu memanipulasi dengan berbagai mekanisme sehingga dapat mengurangi komplikasi pada diabetes melalui pengurangan stres oksidatif (Widowati, 2008). Senyawa Fenolik seperti flavonoid mampu berperan sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Sebagai antiinflamasi, fenolik akan menghambat sel neutrofil dalam melepaskan asam arakidonat dan enzim lisosom sehingga mengurangi prostaglandin, tromboksan, dan prostasiklin serta mampu mempercepat kolagenisasi sehingga mempercepat penyembuhan luka (Akhmadi et al.,2022). Tikus yang mengalami diabetes akibat induksi aloksan akan mengalami ulkus diabetik sehingga kondisi tersebut dapat mengurangi kerapatan kolagen karena pembentukan fibril kolagen yang terhambat (Gunasekaran, 2024). Penambahan ekstrak lumut hati dapat meningkatkan pembentukan kolagen pada jaringan yang mengalami ulkus diabetik. Pemberian kolagen pada lokasi luka dapat membantu menginduksi aktivasi dan agregasi trombosit yang mengakibatkan pengendapan bekuan fibrin di lokasi luka. degradasi kolagen dapat melepaskan fragmen yang meningkatkan proliferasi fibroblas dan sintesis faktor pertumbuhan yang menyebabkan angiogenesis dan re-epitelialisasi (Mathew et al., 2021). Kombinasi antara lumut hati dan kolagen dapat menjadi solusi alternatif dalam proses penyembuhan ulkus diabetik. Ekstrak lumut hati berperan dalam mempercepat proses kolagenisasi yang terhambat akibat kondisi ulkus diabetik, sedangkan tambahan kolagen dari ekstrak tulang ikan nila berperan untuk menutup luka dengan mempercepat epitelisasi. Kombinasi 2 bahan aktif ini akan lebih efektif tanpa menghilangkan salah satu dari bahan aktif tersebut, karena mereka memiliki peran masing-masing dalam penyembuhan.