Pemulihan luka terjadi melalui empat tahapan yaitu; tahap pembekuan darah ditandai dengan gumpalan darah, yang kemudian akan berubah menjadi keropeng saat mengering, tahap inflamasi yang ditunjukkan dengan area luka yang membengkak dan menjadi kemerahan selama beberapa waktu, dan tahap proliferatif yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah fibroblas yang berperan aktif dalam menghasilkan kolagen, tahap re-modelling sebagai tahapan terakhir adanya ikatan kolagen atau serabut kolagen tebal yang memulihkan luka dengan adanya epitelisasi yang melapisi kulit untuk proses penutupan luka, sehingga kulit dapat tertutup secara sempurna (Marwa, 2015).
Pada kasus ulkus diabetikum, tahapan inflamasi berlangsung lebih lama dibandingkan kondisi normal. Hal ini disebabkan kadar glukosa darah yang tinggi yang dapat memperlambat sirkulasi darah dan menghambat proses penyembuhan luka sehingga mempermudah bakteri untuk menginfeksi (Dasari et al., 2021). Infeksi bakteri dapat ditandai dengan adanya pembentukan nanah (pus) pada luka. Bakteri yang menginfeksi menghancurkan sel-sel neutrofil melalui pelepasan leukosidin, menyebabkan luka menjadi kemerahan dan dipenuhi nanah (Ekawati et al., 2018).
Penggunaan transdermal patch dengan kombinasi ekstrak lumut hati dan kolagen dari tulang ikan nila dapat mengurangi keparahan dari ulkus diabetikum. Berdasarkan pengamatan, kombinasi dengan rasio 1:1 merupakan kombinasi yang paling efektif dibandingkan perlakuan lain dalam menyembuhkan luka. Kandungan metabolit sekunder ekstrak lumut hati seperti flavonoid dan terpenoid diketahui merupakan faktor penentu. Menurut Fadhilah (2010), kandungan flavonoid dan terpenoid menentukan kemampuan antibakteri oleh lumut. Selain itu, kandungan flavonoid pada lumut juga berpotensi sebagai antioksidan. Hampir setiap kelompok flavonoid memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Antioksidan diketahui dapat menangkal reactive oxygen species (ROS) yang dapat merusak sel dan jaringan sehingga menghambat proses penyembuhan luka. Sifat antioksidan juga dapat mengurangi peradangan dan mendorong pembaruan jaringan (Comino-Sanz et al., 2021). Kolagen dapat bersumber dari proses hidrolisis tulang, kulit maupun jaringan hewan. Kolagen diketahui dapat mempercepat penyembuhan luka dengan menarik sel imunitas (Pratiwi, 2018). Penggunaan tulang ikan sebagai sumber kolagen dipilih karena karakteristiknya yang memiliekki biokompatibilitas yang baik dan lebih efektif dalam proses absorpsi ke dalam jaringan kulit (Chai et al., 2010).